Minggu, 10 Maret 2013

12 Tips Hubungan Jarak Jauh

Hubungan jarak jauh atau istilah kerenya adalah LDR masi banyak dijalani oleh para remaja yang berpacaran ataupun orang yang sudah menikah. tak jarang kita menyaksikan orang yang sudah menikahpun hidup berjauhan dengan pasanganya.
tapi taukah anda banyak orang yang menyimpulkan kalau LDR itu susah dijalani ujung-ujungya putus. ada juga yang berpendapat LDR itu tidak menyenangkan dan cepat membosankan. tapi kenyataanya banyak orang yang menjalani hubungan jarak jauh hingga ahirnya mereka menikah.
untuk para remaja yang mejalankan hubungan jarak jauh maupun yang sudah menikah, ini tipsnya biar hubungan semakin awet :

  1. Komunikasi: ya komunikasi merupakan peran penting dalam menjalankan hubungan jarak jauh. dengan semakin canggihnya perkembangan tekhnologi mempermudah kita untuk melakukan komunikasi walaupun dengan jarak yang sangat berjauhan. sebisa mungkin selalu berkomunikasi dengan pasangan anda agar hubungan tetap segar. saat berkomunikasi lewat telpon maupun yang lainya bicarakan hal-hal yang menarik, sesekali bicara serius,sesekali bercanda ria. ceritakan kegiata harian dan kegiatan lucu anda bersama pasangan. 
  2. Saling Percaya: tanamkan rasa percaya pada pasangan anda. jika anda mempercayai pasangan anda maka tidak akan muncul pikiran-pikiran negatif atau kecurigaan terhadap pasangan
  3. Komitmen: harus memiliki komitmen yang kuat dan jelas. dan harus tau juga kenapa anda pacaran bersama dia? mau kemana anda nantinya? apa yang membuat anda mempertahankan dia? itu anda gali
  4. Berikan kejutan: sesekali berikan kejutan pada pasangan anda biar hubungan tidak membosankan. kejutan bisa membuat pasangan anda samakin cinta sama anda dan akan menyegarkan hubungan anda. kejutan ini bisa dilakukan dengan mengirimkan si dia boneka kesukaanya dll.
  5. Berikan perhatian: siap gak suka diperhatikan? pada dasarnya semua orang ingin diperhatikan. perhatian yang anda berikan pada pasangan misal menanyakan dia udah makan belum? dan perhatian-perhatian bentuk lainya
  6. STOP Mengekang: banyak sekali kita saksikan orang yang dikekang oleh pasanganya. gk boleh inilah, gak boleh itulah, gak boleh main ini itu dll. padahal pada dasarnya manusia itu ingin bebas, jadi tak perlu mengekang pasangan anda, berikan kebebasan samapai batas kewajaran. semakin anda mengekang pasangan anda lama kelamaan pasangan anda akan bosen dan capek dengan tingkah anda
  7. saling terbuka: ini adalah hal penting dalam berhubungan. terbuka pada pasangan sehingga anda dan pasangan saling mengenal satu sama lain. dengan terbuka maka konflik akan bisa dihindari
  8. kenali keluarga dan teman dekatnya: sesekali tenyakan tentang keluarganya dan teman-teman dekatnya ini menunjukan anda peduli dengan orang-orang terdekatnya. misal tanyakan bagaimana keadaan ibu, bapak dll.
  9. ceritakan ulang kejadian-kejadian mengesankan yang anda alami bersama dia waktu ketemu. misal bicarakan tentang saat-saat anda mengendong pasangan anda sambil ketawa. dan ceritakan pula hal-hal yang lucu yang pernah anda alami bersama pasaangan
  10. selalu berfikir positif tentang pasangan. ini akan mengurangi konflik antara anda dan pasangan. misal dia gak bales sms anda seharian, tetep saja berpikir positif mungkin dia lagi gak ada pulsa atau mungkin dia lagi bepergian trus hpnya tertinggal. seperti itu
  11. bicarakan tentang hubungan anda kedepanya. ini sangat penting jika ini dibicarakan maka anda dan pasangan memiliki tujuan yang jelas menjalani hubungan ini sehingga menciptakan komitmen yang kuat untuk selalu bersama
  12. rencanakan pertemuan. seberapapun jauhnya jarak yang memisahkan, usahakan untuk sesekali ketemu sama pasangan anda untuk melepaskan kerinduan anda dan pasangan. hal ini juga akan menyegarkan hubungan anda sehingga bertambah awet. 

Jumat, 28 September 2012

Musik Cara Terapi yang Baik

Mendengar musik atau bermain musik merupakan hal yang sangat populer dimasyarakat, namun tahu kah kita bahwa musik merupakan salah satu cara melakukan terapi. Menurut Dr. Djohan profesor psikologi musik di Institut Seni Indonesia (ISI), penelitian telah menunjukkan bahwa musik dapat meringankan berbagai keluhan dan gangguan seperti kecemasan, depresi, gangguan saraf, insomnia dan stroke, dan dapat mengurangi risiko infeksi, detak jantung dan kontrol tekanan darah. 
Terapi musik sangat penting untuk mempercepat proses penyembuhan dalam kondisi seperti itu, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti menyanyi, bermain musik, membuat gerakan ritmis atau hanya mendengarkan musik,” kata dosen pascasarjana di Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta dan Universitas Negeri Semarang ini.
Secara historis, menurut pria penerima penghargaan Penggunaan Terapi Musik dari College of Music di Universitas Mahidol Bangkok, Thailand, pada 2009 ini, terapi musik sudah dikenal pada akhir abad ke-18, meskipun sebelumnya menjadi media penyembuhan di beberapa tempat seperti Cina, India, Yunani dan Italia. 
Di Amerika, terapi ini diterapkan untuk mengobati korban Perang Dunia I, terutama untuk mengatasi trauma yang mempengaruhi para veteran perang, bahkan para terapis musik sudah berafiliasi dalam sebuah organisasi American Music Therapy Association (AMTA),” kata Djohan, yang juga anggota dari Australia Musik dan Asosiasi Psikologi.  
 

Jenius dan Gangguan Jiwa Tidak Jauh Beda

Amerika Serikat, Gudang Psikologi - Banyak tokoh dunia yang terkenal dengan kejeniusanya mengalami gangguan jiwa. sebuah penelitan baru menemukan bahwa kedua hal tersebut salaing berhubungan. 
Dengan banyaknya tokoh dunia yang dikenal dengan kejeniusanya justru mengalami gangguan jiwa seperti Isac Newton, Ludwig van Beethoven, Edgar Allan Poe, dan John Nash ini menyebabkan banyak orang menganggap bahwa jenius tidak jauh beda dengan gangguan jiwa. 

Hasil penelitian baru yang menyebutkan hubungan keduanya, telah dibahas dalam sebuah acara 5th annual World Science Festival pada 31 Mei di New York, Amerika Serikat.
Salah satu panelis acara tersebut adalah Kay Redfield Jamison, psikolog klinis dan profesor dari Johns Hopkins University School of Medicine. Ia mengatakan, temuan ini mendukung bahwa banyak orang jenius yang justru mengalami siksaan psikis. Kreativitas bagi mereka terkait dengan gangguan suasana hati atau bipolar.
Sebuah penelitian lain yang diterbitkan tahun 2010 di Swedia pada 700.000 orang usia 16 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kecerdasan peserta dan menindaklanjuti apakah 10 tahun berikutnya ada kemungkinan mengalami penyakit mental.
“Mereka menemukan bahwa orang yang unggul saat mereka berusia 16 tahun empat kali lebih mungkin untuk terus mengembangkan gangguan bipolar,” ungkap Jamison, seperti dilansir Livescience, Selasa (5/6).
Gangguan bipolar merupakan merupakan perubahan suasana hati yang ekstrem, terdiri dari episode kebahagiaan (mania) dan depresi. Kemudian bagaimana siklus ini dapat menciptakan kreativitas?
“Orang-orang dengan bipolar cenderung menjadi kreatif ketika mereka keluar dari depresi berat. Ketika suasana hati membaik, kegiatan otaknya pun bergeser. Aktivitas mati di bagian bawah otak yang disebut lobus frontal dan menyala di bagian yang lebih tinggi dari lobus,” jelas James Fallon, neurobiologis dari University of California-Irvine, yang ikut menjadi panelis.
Fallon menambahkan, hebatnya, pergeseran yang sama juga terjadi saat kreativitas terjadi dengan sangat tinggi pada otak manusia.
“Ada hubungan antar sirkuit yang terjadi antara bipolar dan kreativitas,” jelas Fallon.
Namun, tidak selamanya dorongan kreativitas muncul saat setelah depresi muncul. Kondisi gangguan kejiwaan juga dapat melemahkan atau bahkan mengancam hidup seseorang. (dtk/mba)

Selasa, 07 Februari 2012

Minta Cium, Cinta atau Nafsu?

Siapa diantara Anda yang saat ini sedang menjalin cinta atau setidaknya pernah menjalin hubungan cinta? Sebagian besar orang pernah memadu kasih dalam ikatan cinta. Siapa yang tidak bahagia berpegangan tangan, saling merangkul, berciuman dan melakukan bentuk kemesraan lain dengan pasangan.

Sebuah masalah akan muncul ketika mereka masih dalam proses pacaran. Salah satu pasangan dianggap agresif dan sering meminta untuk dipeluk, bahkan dicium. Beberapa orang menganggap hal itu adalah tidak benar dan cenderung memanfaatkan situasi.

Namun, di sisi lain, tuntutan untuk dicium dan dipeluk dianggap sebagai bentuk rasa cinta pada pasangan. Tuntutan yang tidak terpenuhi, dianggap tidak ada cinta di sana. Dalam sebuah perumpamaan, cinta tanpa ciuman seperti sayur tanpa garam.

Pertanyaanya, apakah anggapan masyarakat terutama di kalangan remaja ini benar? Dilihat dari kacamata psikologi, Sternberg mengungkapkan dalam penelitiannya, bahwa cinta memiliki tiga unsur, yaitu gairah (passion), kedekatan (intimacy), dan komitmen (commitment). Walaupun tidak semua orang memenuhinya, cinta yang sempurna adalah cinta yang memiliki syarat adanya ketiga unsur tersebut. Jadi, masing-masing unsur tidak boleh hilang dalam hubungan cinta yang sempurna.

Ciuman di kening, pipi dan bibir merupakan bentuk perilaku dari gairah dalam sebuah cinta. Bila orang menganggap bahwa nafsu atau gairah adalah sama dengan cinta, maka itu tidak sepenuhnya benar. Nafsu atau gairah merupakan bagian dalam tiga unsur cinta yang sempurna.

Kemudian, bagaimana anggapan bahwa cinta tanpa pelukan dan ciuman seperti sayur tanpa garam? Inilah yang disebut dengan Companionate love oleh Sternberg, yaitu di mana gairah sudah tidak nampak lagi, tetapi kedekatan yang mendalam dan komitmen masih tetap ada. Tipe cinta ini merupakan cinta tanpa adanya gairah. Biasanya terjadi pada mereka yang memiliki hidup yang sibuk dan seiring waktu gairah pada pasangan mulai memudar, namun masih ada komitmen untuk hidup bersama.

Perbedaan status ‘pernikahan’ dan ‘berpacaran’ membuat unsur gairah dalam cinta memiliki nilai yang berbeda. Dalam sebuah pernikahan, gairah merupakan unsur yang harus ada dan terpenuhi oleh masing-masing pasangan. Berbeda ketika masih pacaran, sebagian pasangan menganggap gairah dalam ikatan cinta merupakan pemaksaan dan cenderung memanfaatkan situasi.

Keputusan ada di tangan Anda, masih menganggap ciuman adalah hal yang negatif ketika pacaran, atau itu adalah bagian dari cinta.

Kekerasan Dalam Pacaran, Putus Saja

Sebuah hubungan memiliki siklus yang bervariasi. Dalam kasus kekerasan misalnya, dimana setelah muncul kekerasan, kemudian minta maaf dan kembali rukun. Namun, ini akan terjadi berulang-ulang pada kesempatan lain.

Siklus ini dapat terjadi pada hubungan antara laki-laki dan perempuan, termasuk mereka yang masih pacaran. Kekerasan dalam pacaran sendiri sudah banyak dialami oleh kebanyakan orang. Bahkan Kasus Leni (21), mahasiswi Universitas Paramadina tengah dipidanakan oleh pacaranya sendiri, Anjas (27).

“Perilaku kekerasan terhadap pasangan sangat cenderung mengulangi perbuatannya. Jadi memang lebih baik pisah pada saat terjadi kekerasan pertama kali,” kata psikolog forensik dan juga pengajar Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta, Reza Indra Giri Amriel, Jumat (17/6/2011).

Berbeda dengan kekerasan dalam rumah tangga, dimana istri akan berpikir dua kali untuk bercerai. Selain itu ia juga akan dihadapkan dengan single parents, pemenuhan kebutuhan anak, dan juga persepsi negatif bagi seorang janda.

“Tetapi dalam pacaran, seperti yang dialami Leni, apa yang harus di pertimbangkan? Putuskan saja. Toh masih pacaran,” ujar psikolog ini.

Kasus Leni terjadi ketika (22/11/10) ia bertemu dengan Anjas di Kemayoran. Waktu itu Anjas ingin putus pacaran dengan cara baik-baik, namun pada pukul 19.30 WIB, tiba-tiba ia memaksa Leni menciumnya dan meraba tubuh Leni.

Spontan Leni membela diri dan menyiramkan segelas air panas. Ironis, justru Leni yang saat ini menjadi terdakwa dengan hukuman 2,5 tahun penjara

Senin, 06 Februari 2012

Pacaran Backstreet Membuat Stres

Bila pacaran ditentang oleh orangtua, maka jalan yang biasanya banyak dilakukan oleh kalangan remaja adalah pacaran backstreet. Secara tidak langsung, pacaran backstreet merupakan bentuk perlawanan remaja pada sikap orangtua yang melarangnya. Pacaran dengan model seperti ini tidak jarang menimbulkan dampak yang tidak sehat.

Wiwit Puspitasari MPsi, psikolog rumah sakit Awal Bros Batam mengatakan, pacaran dengan model backstreet biasanya dilakukan dengan rahasia. Tidak lagi terbuka dan memilih sembunyi-sembunyi, takut diketahui orang lain.

“Padahal sikap bersosialisasi dan memiliki teman curhat sangat penting untuk perkembangan jiwa remaja,” ujarnya.

Mereka yang melakukan pacaran backstreet lebih sering memendam perasaan mereka. Tentu hal ini tidak baik bagi kesehatan jiwa mereka. Stres yang mungkin timbul akan cenderung meningkat dengan beban pikiran yang kuat.

Selain berujung pada stres, remaja yang melakukan pacaran backstreet akan kehilangan masa konsentrasi untuk belajar dan beraktifitas lainnya karena efek dari stres dan banyak pikiran.

Baiknya, komunikasikan hal ini dengan orang terdekat. Setiap keputusan pasti ada resikonya, apalagi bentuk pacaran backstreet yang cenderung tidak berkata jujur pada orangtua atau teman. Butuh keberanian yang kuat untuk melakukannya.

“Hal ini merupakan proses pembelajaran remaja untuk menjadi dewasa. Di mana berani mengambil keputusan dan berani menerima keputusan. Lebih bersikap terbuka dari awal agar kamu memiliki gaya pacaran yang sehat,” katanya. (mba-trbn)
sumber http://www.psikologizone.com/

Waspadai HIV/AIDS di Kalangan Remaja

Kalangan pelajar menjadi perhatian khusus dalam mewaspadai tertularnya HIV AIDS. Ini mengapa remaja sebagai usia produktif mudah terpengaruh, sebab mereka masih mudah terpengaruh dalam pergaulan.

Tugurejo Paula Budi Suryaningsih, psikolog RSUD Tugurejo menyatakan hal yang sama. Remaja adalah usia yang rentan dalam penyebaran HIV/AIDS. Keingintahuan yang besar membuat remaja lebih mudah dalam terjerumus penggunaan barang haram seperti narkoba bahkan melakukan seks bebas.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Griya ASA PKBI, 97 dari seribu orang responden telah melakukan hubungan seksual.

Menurut Dr Dwi Yoga Yulianto, Manager Klinik Griya ASA PKBI dalam diskusi HIV/AIDS di Kampus Universitas Stikubank (Unisbank) Mugas, Kamis (21/7), jumlah pengguna HIV/AIDS di Jawa Tengah saja sudah menempati posisi ke tujuh dengan 1.030 kasus dan didominasi kaum perempuan sebanyak 62 persen sejak tahun 1993.

Sebagai solusi penanganan dan pencegahan penularan virus ini, maka cara yang efektif adalah dengan menghindari perilaku yang menjadi awal masuknya penyakit dapat tertular. Bukan hanya terjadi pada kalangan dewasa, namun ini sudah sangat meresahkan dengan mulai menyentuh kaum remaja dengan usia 15-20 tahun.

Diharapkan dengan banyaknya diskusi tentang HIV/AIDS dapat memberikan informasi agar mereka tidak menjadi korban virus ini dan berdampak pada kehidupan mereka.
sumber http://www.psikologizone.com/
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India