Sabtu, 31 Desember 2011

Alternative Terapi pada Gangguan Kepribadian Paranoid

a. Pendekatan psikodinamika

Pendekatan psikodinamik sering digunakan untuk menolong orang yang didiagnosa dengan gangguan kepribadian agar menjadi lebih sadar akan akar-akar dari pola perilaku self-defeating mereka dan belajar cara yang lebih adaptif berhubungan dengan orang lain.

Menurut teori psikodinamika, gangguan paranoid merupakan mekanisme pertahanan ego proyeksi, orang tersebut melihat orang lain mempunyai motif merusak dan negatif, bukan dirinya. Ada kecenderungan untuk membanggakan dirinya sendiri karena menganggap dirinya mampu berfikir secara rasional dan objektif, padahal sebenarnya tidak. Dalam situasi sosial, orang dengan kepribadian paranoid mungkin tampak sibuk dan efisisen, tetapi mereka seringkali menciptakan ketakutan dan konflik bagi orang lain. Dan berdasarkan teori kognitif-behavioral, orang dengan gangguan ini akan selalu dalam keadaan waspada, karena tidak mampu membedakan antara orang yang membahayakan dan yang tidak (Martaniah, 1999 : 74).

Kesulitan yang dihadapi oleh terapis pada gangguan ini adalah penderita tidak menyadari adanya gangguan dalam dirinya dan merasa tidak memerlukan bantuandari terapis. Kesulitan lain yang dihadapi terapis bahwa individu dengan gangguan paranoid sulit menerima terapis itu sendiri, kecurigaan dan tidak percaya membuat terapi sulit dilakukan. Hal-hal lain yang harus diperhatikan terapis adalah bagaimana terapis menjaga sikap, perilaku, dan pembicaraanya, individu dengan gangguan paranoid akan meninggalkan terapi bila ia curiga, tidak menyukai terapisnya. Terapis juga harus menjaga dirinya untuk tidak melucu didepan individu paranoid yang tidak memiliki sense of humor.

Terapi dilakukan dengan menangani klien secara individu artinya saat melakukan terapi klienya hanya satu. Terapis harus bias menciptakan lingkungan yang nyaman sehingga klien merasa nyaman dan tidak curiga kepada terapis. Kemudian terapis mulai meminta klien untuk menceritakan masa lalunya sehingga terapis memperoleh informasi mengenai gejala-gejala yang dihadapi klien sekarang. Dengan mengetahui pengalaman masa lalu klien kemudian terapis memberikan tritmen-tritmen untuk menyadari klien bahwa dia memiliki gangguan kepribadian. Setelah klien menyadari gangguanya maka tujuan terapi selanjutnya adalah bagaimana menyembuhkan klien dari gangguan tersebut dan berdasarkan pendekatan psikodinamika ini dilakukan dengan cara mengenali masa lalu klien yang menyebabkan konflik dan kecemasan yang dapat berdampak dalam kehidupan sekarang.

b. Pendekatan Kognitif-Behavioral

Skinner berpendapat bahwa perilaku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama dengan perkembangan tingkah laku normal. Karena itu menurutnya tingkah laku abnormal dapat diganti dengan tingkah laku normal dengan cara sederhana, yakni dengan memanipulasi lingkungan. Menurutnya kesalahan memahami stimulus (failure in discriminating stimulus) menjadi pemicu pada penderita skizoprenik dan gangguan psikotik lainya,yakni orang yang gagal memilah tanda-tanda yang ada pada stimulus, sehingga stimulus yang benar dihubungkan dengan hukuman dan yang salah dihubungkan dengan reinforcement. Akibatnya akan terjadi pembentukan tingkah laku yang tidak dikehendaki.

Terapis perilaku memandang tugas mereka adalah untuk mengubah perilaku klien dan bukan mengubah struktur kepribadian mereka. Banyak teoritikus behavioral yang sama sekali tidak berfikir dalam kerangka “kepribadian” klien, namun lebih dalam kerangka perilaku maladaptive yang dipelajari dan dipertahankan oleh kemungkinan adanya reinforcement. Maka dari itu, terapis perilaku berfokus pada usaha untuk merubah perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif melalui penggunaan tekhnik seperti pemusnahan, modeling, dan reinforcement.

Terapi yang digunakan adalah Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum CBT membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. Terapi kelompok dalam CBT, individu akan dilatih agar mampu menyesuaikan dirinya dengan orang lain, saling menghargai dan mengenal cara berpikir orang lain secara positif dan mengontrol amarahnya sehingga individu dapat menciptakan hubungan interpersonal yang baik.
Dalam kaitanya dengan kognitif, CBT ini bertujuan untuk memperbaiki distorsi kognitif yang mendasari kecendrungan curiga kepada orang lain dan kecendrungan memandang diri sendiri selalu benar. Tekhnik behavioral digunakan untuk membantu klien mengembangkan keterampilan social yang lebih efektif dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah, yang bias membantu memperbaiki hubungan mereka dengan orang lain dan juga kemampuan untuk mengatasi peristiwa negative.

Terapi dilakukan dengan menghilangkan atau memusnahkan perilaku abnormal dengan menggunakan modeling, jadi klien diberikan stimulus berupa model baik menggunakan system modeling simbolik maupun modeling kondisionign. Setiap perilaku model yang diangap oleh terapis mampu mengubah perilaku klien dan berdampak positif bagi klien maka terapis akan memberikan penguat (reinforcement) dan hal ini diulang terus menerus dan dimanipulasi sedemikian rupa sehingga mampu menghilangkan perilaku lama dari klien.

c. Pendekatan Biologis

Terapi obat tidak secara langsung menangani gangguan kepribadian meski demikian, obat anti depresan atau anti kecemasan kadang digunakan untuk mengangani distress emosional yang dialami individu penderita gangguan kepribadian. Obat tidak mengubah pola persisten dari perilaku maladaptive yang dapat menyebabkan distres. Meski demikian, sebuah penelitian mengindikasikan bahwa anti depresian Prozac dapat mengurangi perilaku agresif dan iritabilitas dalam diri individu dengan gangguan kepribadian, yang infulsif dan agresif (Coccaro dan kavousssi, 1997).

Sama halnya dengan gangguan kepribadian lainnya, tidak ada obat medis yang dapat menyembuhkan secara langsung PPD. Penggunaan obat-obatan diberikan bila individu mengalami kecemasan berupa diazepam (dengan batasan waktu tetentu saja), penggunaan thioridazine dan haloperidol (anti psikotik) diberikan bila individu PPD untuk mengurangi Agitasi dan delusi pada pasien.

Kamis, 29 Desember 2011

Fungsi-fungsi Neurotransmitter dan Hubunganya dengan Perilaku Abnormal

Faktor-faktor seperti gangguan dalam neurotransmiter dan abnormalitas atau kerusakan-kerusakan otak yang mendasar dikaitkan dengan berbagai gangguan psikologis. Untuk beberapa gangguan, seperti alzheimer, proses-proses biologis berperan secara langsung. Namun demikian, untuk berbagai gangguan lain penyebab yang tepat tidak diketahui. Pada kasus-kasus lain, seperti skizofrenia, faktor-faktor biologis, terutama genetis, tampaknya berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan permbuat stress dalam perkembangan gangguan (Nevid, J., Rathus S., Greene, B., 2003).

Dalam sumber yang sama dengan kajian sebelumnya disebutkan bahwa para peneliti telah menemukan hubungan antara faktor psikologis dan berbagai gangguan serta kondisi fisik. Para peneliti juga meneliti apakah kombinasi antara penanganan psikologis dan obat-obatan untuk berbagai masalah, di antaranya seperti depresi, gangguan kecemasan dan gangguan penyalahgunaan obat, mampu meningkatkan manfaat terapeutik dibandingkan hanya salah sati pendekatan yang dilakukan.

Berikut fungsi –fungsi neurotransmitter. Dan hubungannya dengan pola-pola perilaku abnormal.

Fungsi –fungsi Neurotransmitter dan Hubungannya dengan Pola-Pola Perilaku Abnormal.

Neurotransmiter

Fungsi

Hubungan dengan Perilaku Abnormal

Asetilkolin (Ach)

Mengendalikan kontraksi otot dan pembentukan ingatan

Jumlah yang kurang dari normal ditemukan pada pasien dengan penyakit Alzheimer

Dopamin

Mengatur kontraksi otot dan proses-proses mental yang meliputi belajar, ingatan dan emmosi

Penggunaan berlebihd dari dopamin di otak mungkin berperan dalam perkembangan skizofrenia

Norepinefrin

Proses-proses mental yang terlibat dalam belajar dan ingatan

Ketidakseimbanganya dikaitkan dengan gangguan mood seperti depresi

Serotonin

Pengatur kondisi mood, kepuasan dan tidur

Ketidakteraturan mungkin berperan dalam depresi dan gangguan makan


Cara Kerja Sistem Saraf


Sistem saraf terbuat dari sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron-neuron saling berkomunikasi satu sama lain atau menyalurkan “pesan”. Pesan-pesan tersebut bersumber dari peristiwa-peristiwa yang beragam rentangnya, mulai dari merasa gatal karena digigit, mengkoordinasikan suatu gambar pandangan dan otot-otot daro peseluncur, dalam kasus halusinasi mendengar atau melihat suatu yang sesungguhnya tidak ada.
Setiap neuron memiliki badan sel atau soma, dendrit-dendrit dan sebuah akson. Badan sel memuat nukleus sel dan memetabolisme oksigen untuk membawa hasil kerja dari sel. Benang-benang pendek yang disebut dendrit keluar dari badan sel untuk menerima pesan-pesan dari neuron di sampingnya. Setiap neuron memiliki satu akson yang keluar seperti batang dari badan sel. Akson-akson dapat memanjang hingga beberapa centi apabila menyampaikan sesuatu antara jari kaki dan tulang belakang. Akson-akson tersebut dapat bercabang dan tertuju dalam berbagai arah. Akson berakhir pada struktur percabangan kecil yang disebut dengan terminal. Tonjolan yang disebut knobs ditemukan ditemukan pada ujung terminal akson.
Neuron menyampaikan pesan dalam satu arah, dari dendrit atau badan sel sepanjang akson ke terminal akson. Pesan-pesan kemudian disampaikan dari knob terminal ke neuron-neuron lain, otot-otot atau kelenjar-kelenjar. Neuron memancarkan pesan ke neuron-neuron yang lain melalui substansi kimia yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter mengakibatkan perubahan kimia pada neuron penerima, Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan akson mengirimkan pesan dalam bentuk listrik. Persimpangan antara neuron pemancar dengan suatu neuron penerima disebut sinapsis. Neuron pemancar diistilahkan dengan prasinaptik.Neuron penerima disebut sebagai pascasinaptik. Sebuah sinapsis terdiri dari terminal akson dari neuron pembawa, dendrit dari neuron penerima, dan sebuah celah kecil berisi cairan antar keduanya yang disebut celah sinapstik. Pesan tidak meloncat ke celah sinapsis seperti kembang api. Namun, terminal akson melepaskan neurotranmitter ke arah seperti banyak kapal yang meluncur ke laut. Setiap jenis neurotransmitter memiliki struktur kimia yang berbeda, Setiap jenis hanya akan sesuai dengan satu jenis pelabuhan, atau tempat penerima, apda neuron penerima, Pikirkanlah analogi antara gembok dan kunci. Hanya kunci yang tepat (neurotransmitter) bekerja pada gembok menyebabkan neuron pascasinaptik meneruskan pesan. Sekali dilepaskan, beberapa molekul dari neurotransmitter mencapai tempat-tempat penerima neuron-neuron lain. Neurotransmitter yang “lepas” mungkin dipecah pada celah sinaptik oleh enzim-enzim atau diabsorbsi kembali oleh terminal akson (suatu proses yang disebut penyerapa kembali (reuptake) sehingga mencegah sel penerima terus terbakar.

Sistem Saraf Tepi


sistem saraf tepi terdiri dari dua bagian yaitu sistem saraf sadar (somatik) dan sistem saraf tak sadar (otonom).
    • saraf sadar (somatik)
    Saraf ini terdiri lagi menjadi dua bagian, yaitu saraf kranial dan saraf spinal. Saraf kranial merupakan sistem saraf yang keluar dari kepala (otak) dan bagian tubuh atas, sedang saraf spinal merupakan sistem saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang. Sistem saraf tepi terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf spinal. Saraf – saraf tersebut meneruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, juga meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot-otot rangka dan kulit. Sistem saraf ini (somatik) bisa menghasilkan gerakan hanya di jaringan oto rangka.
    • saraf tak sadar (otonom)
    Sistem saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf tepi yang mengatur kerja organ dalam, misalnya kelenjar keringat, otot perut, pembuluh darah, dan alat reproduksi. Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Pengaruh kedua sistem saraf tersebut terhadap kerja organ bersifat antagonis. Umumnya, rangsangan dari sistem saraf simpatis bersifat merangsang kerja organ. Hal tersebut disebabkan neurotransmitter saraf simpatis adalah noradrenalin, sedangkan neurotransmiter saraf parasimpatis adalah asetilkolin. Prinsip kerja saraf simpatis dan parasimpatis hanya berbeda pada organ pencernaan. Saraf simpatis menghambat kerja organ pencernaan, sedangkan saraf parasimpatis merangsang kerja organ pencernaan. Misalnya, saraf simpatis dapat meningkatkan denyut jantung, sedangkan saraf parasimpatis menurunkan denyut jantung.

Selasa, 27 Desember 2011

Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut.
1. Durameter; merupakan selaput yang kuat dan bersatu dengan tengkorak.
2. Araknoid; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan serebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput araknoid adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
3. Piameter. Lapisan ini penuh dengan pembuluh darah dan sangat dekat dengan permukaan otak. Agaknya lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi serta mengangkut bahan sisa metabolisme.
Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
1. Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
2. Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3. Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat.
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih

Pengertian dan Bagian-Bagian Penyusun Sistem Saraf Manusia

Sistem saraf merupakan salah satu sistem dalam tubuh yang dapat berfungsi sebagai media komunikasi antar sel maupun organ dan dapat berfungsi sebagai pengendali berbagai sistem organ lain serta dapat pula memproduksi hormon (Singgih, 2003).
Sistem saraf tersusun atas dua tipe sel, yaitu neuron dan glia. Neuron adalah sel saraf yang berperan dalam penerusuran informasi antar neuron dan ke otot serta kelenjar. Neuron memiliki beragam ukuran, serta fungsi (Kalat, 2010). Menurut perkiraan, jumlah neuron yang ada di dalam otak orang dewasa kurang lebih adalah 100 miliar (R.W. Williams dan Herrup dalam Kalat 2010). Glia secara umum ukurannya lebih kecil daripada neuron, memiliki fungsi yang beragam, tetapi glia tidak meneruskan informasi dengan jarak yang sangat jauh. Kerja neuron dan glia “entah bagaimana” dapat menimbulkan begitu banyak ragam perilaku dan pengalaman. (Kalat, 2010).
Pada manusia, sistem saraf mulai terbentuk ketika embrio masih berumur 2 minggu (Kalat 2010). Berdasarkan struktur dan fungsinya, sistem saraf secara garis besar dapat dibagi dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi (Singgih, 2003). Seperti yang telah disampaikan oleh Singgih (2003) bahwa sistem saraf manusia itu secara umum dibagi menjadi dua, yakni sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medulla spinalis yang mempunyai beragam pusat dengan fungsi yang berbeda-beda. Sistem saraf tepi dan pusat bekerja secara sadar. Sebelumnya masuk ke bagian penyusunan sistem saraf, akan dipaparkan mengenai istilah yang sering digunakan dan fungsiya.
Neuron Sistem saraf terbuat dari sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron ini merupakan kesatuan struktural dan fungsional sistem saraf, dan terdiri atas badan sel, serabut-serabut saraf, dan selubungnya. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson. Badan sel saraf (soma) mengandung inti sel yang besar dan berbentuk seperti pembuluh dengan membran yang tipis. Inti sel (nucleus) mengandung satu anak inti (nucleolus) dan sitoplasma yang disebut neuroplasma. Serabut sel saraf terdiri atas dua macam, yaitu dendrite dan akson (neurit). Dendrit merupakan serabut saraf yang pendek, umumnya bercabang-cabang seperti pohon dengan bentuk dan ukuran berbeda-beda. Dendrit berfungsi menerima impuls yang dating dari ujung akson sel saraf lain ke badan sel saraf, sedangkan akson merupakan serabut saraf yang panjang dan umumnya tidak bercabang. Akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke kelenjar dan serabut otot. Akson biasanya sangat panjang, bisa mencapai ratusan sentimeter. Sebaliknya, dendrit pendek. Menurut struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu sel saraf sensoris, sel saraf penghubung dan sel saraf motoris. Struktur dan fungsi sel terangkum dalam tabel berikut (Jati, 2007: 180) Nama Struktur Fungsi Sel saraf sensoris Badan sel bergelombang membentuk ganglia Akson pendek sedangkan dendritnya panjang Dendrit berfungsi menerima rangsang dari reseptor, sedangkan aksomn mengirimkan rangsang ke sel saraf lain atau sistem saraf pusat Sel saraf penghubung Dendrit pendek dan aksonnya ada yang pendek dan ada yang panjang Menghubungkan sel saraf sensoris dan sel saraf motoris di sistem saraf pusat Sel saraf motoris Dendrit pendek dan aksonnya panjang Dendrit berfungsi menerima rangsang dari sel saraf lain sedangkan akson mengirim rangsang ke efektor berupa otot atau kelenjar Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang dibentuk oleh sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann merupakan sel glia utama pada sistem saraf perifer yang berfungsi membentuk selubung mielin. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang dapat mempercepat penghantaran impuls.

Oedipus Complex

Oedipus complex adalah salah satu konsep Freud yang paling paling berpengaruh yang menyinggung pentingnya relasi psikoseksual sebelumnya bagi perkembangan kepribadian kemudian. Menurut Freud, urutan peristiwa pada tahap phallic bagi anak perempuan mulai ketika ia menyadari bahwa ia tidak memiliki alat kelamin laki-laki (penis).
Menurut Freud, anak perempuan menyadari bahwa alat kelamin laki-laki lebih hebat dari pada anatominya sendiri, dan dengan demikian mengembangkan kecemburuan akan alat kelamin laki-laki (penis envy). Karena keinginannya untuk memiliki alat kelamin laki-laki tidak pernah terpenuhi secara langsung, Freud mengatakan, anak-anak perempuan kecil mengembangkan keinginan untuk dihamili oleh ayahnya. Mengingat ibunya bertanggung jawab atas tidak adanya alat kelamin laki-laki padanya, ia menolak cintanya kepada ibunya dan menjadi dekat secara intesif kepada ayahnya, dengan demikian membentuk versinya sendiri tentang Oedipus complex. Dengan demikian urutan peristiwa menjadi terbalik, bagi anak laki-laki Oedipus complex menyebabkan pengebirian kecemasan : sedangkan bagi anak perempuan, kecemburuan akan alat kelamin laki-laki sama dengan pengebirian kecemasan yang terjadi terlebih dahulu dan menyebabkan pembentukan Oedipus complex (Hyde, 1985).

Minggu, 18 Desember 2011

Bagaimana Mengasuh Anak Sejak Balita?



Keluaga merupakan lingkungan hidup pertama bagi anak. keadaan keluarga sangat menentukan perkembangan anak kedepanya. yang jadi permasalahan sekarang adalah banyak dari orang tua yang salah dalam menerapkan pola asuh yang tepat bagi anak mereka. jadi sebenernya bagaimana sih pola asuh yang tepat untuk anak???

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah bagaimana hubungan kelekatan antara anak dengan pengasuhnya. yang dimaksud kelekatan disini adalah hubungan emosional antara anak dengan pengasuhnya, pengasuh terutama disini adalah orang tua dan anggota keluarga terdekat lainya yang hidup secara bersama-sama dengan si anak misalanya kakek, nenek, bibik dll. Bayi yang memiliki kelekatan yang kuat dengan pengasuhnya akan cendrung tumbuh menjadi individu yang lebih percaya diri, bersemangat, mudah bergaul, mandiri. hal inilah yang sangat menentukan prestasi si anak nantinya dibangku pendidikan. sedangkan anak yang memiliki kelekatan rendah atau tidak memiliki kelekatan dengan pengasuhnya akan tumbuh menjadi individu yang kaku, sulit bergaul, dan cendrung berperilaku agresi. Lalu sekarang bagaimana menciptakan kelekatan yang kuat???

Bagi para pengasuh khususnya orang tua, kasih sayang merupakan hal yang terpenting dalam membentuk hubungan kelekatan. dengan memberikan kasih sayang bayi akan merasa nyaman. perilaku orang tua atau pengasuh yang positif juga menyumbangkan pengaruh penting, seperti dalam teori Albert Bandura saslah satu cara belajar adalah dengan meniru (modeling) dalam hal ini yang paling ditiru oleh bayi adalah orang tuanya sehingga perilaku sehari-hari orang tua juga sangat berperan penting dalam perkembangan bayi. banyak dari orang tua yang masih menganiyaya bayi merka sendiri baik secara fisik maupun psikologis, seperti pemberian gizi yang kurang pada bayi, penyediaan pakaian dan tempat tinggal yang kurang layak. dari segi psikologis misalnya kurang memberikan kasih sayang, sering marah-marah, pertengkaran orang tua sehingga menimbulkan kecemasan yang tinggi pada si bayi. inilah yang memicu hubungan kelekatan yang rendah atau bahkan tidak ada sama sekali antara bayi dengan oranga tua/pengsuhnya karena bayi tidak merasa nyaman dilingkungan tersebut dan menganggap lingkungan keluarga seperti ini sebagai ancaman.

Sejarah Psikologi


Psikologi adalah ilmu yang mepelajari tentang seluk beluk kejiwaan manusia. Penyelidikan tentang kejiwaan itu sendiri mua-mula dilakukan oleh para filsuf Yunani kuno. Pada waktu itu belum ada pembuktian-pembuktian secara empiris, melaikan segala teori dikemukakan berdasarakan argumentasi-argumentasi logis (akal) belaka. Berabad-abad setelah itu psikologi juga masih merupakan bagian dari filsafat, antara lain di Prancis muncull Rene Descartes (1596-1650), di Inggris muncul tokoh Juhn Locke (1623-1704), mereka dikenal sebagai tokoh asosiasionisme , yaitu doktrin psikologi yang menyatakan bahwa jiwa itu tersusun atas elemen-elemen sederhana dalam bentuk ide-ide yang muncul dari pengalaman indrawi. Ide-ide ini bersatu dan berkaitan satu sama lain lewat asosiasi-asosiasi.
Psikologoi baru diakui menjadi cabang ilmu independen setelah didirikan laboraturium psikologi oleh Wilhem Wundt pada tahun 1879. Yang kemudian sangat berpengaruh bagi perkembangan psikologi selanjutnya, para sarjana psikologi mulai menyelidiki gejala-gejala kejiwaan secara lebih sistematis dan objektif.

Apa itu Psikologi???


Sampai sekarang masi banyak dari kita yang bertanya-tanya, sebenarnya apa sih psikologi itu?? orang yang mengeyam bangku pendidikan pun masih belum tau apa itu Psikologi. Kebanyakan masyarakat kita mengartikan Psikologi sebagai wadah tempat orang-orang gila, emang RSJ apa. hehe
memang benar psikologi untuk mengkaji orang-orang gila, stres, abnormal dll, tetapi itu adalah sebagian kecil dari kajian ilmu Psikologi. baiklah biar gk penasaran kita bahas tentang apa itu Psikoogi.
Secara etimologis psikologi diambil dari bahasa inggris psychology yang berasal dari bahasa Yunani Psyche yang berarti jiwa (soul, mind) dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. jadi dapat dikatakan psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang jiwa. Banyak para ahli yang memberikan pengertian tentang psikologi, mereka menyumbangkan pengertian mengenai psikologi menurut sudut pandang masing-masing sehingga terdapat perbedaan mengenai pengertian psikologi ini. Diantara para ahli itu antara lain:
Plato dan Aristoteles : Psikologi adalah illmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya samapai ahir.
Wundt (1829) : Psikologi bertugas menyelidiki apa yang kita sebut pengalaman dalam sensasi dan perasaan kita sendiri, pikiran serta kehendak kita yang bertolak belakang dengan setiap objek pengalaman luar yang melahirkan pokok permasalahan ilmu alam
Crow & Crow : "Psychology is the study of human behavior and human relationship.”
(Psikologi adalah tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya, baik berupa manusia lain [human relationship] maupun bukan manusia; hewan, iklim, kebudayaan, dan sebagainya).
Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology : "Psychology is the science of human and animal behavior, the study of organism in all its variety and complexity as it respond to the flux and flow of the physical and social events which make up the environment.”
(Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan).
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang jiwa dan perilaku manusia dan hewan.


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India