a. Pendekatan psikodinamika
Pendekatan psikodinamik sering digunakan untuk menolong orang yang didiagnosa dengan gangguan kepribadian agar menjadi lebih sadar akan akar-akar dari pola perilaku self-defeating mereka dan belajar cara yang lebih adaptif berhubungan dengan orang lain.
Menurut teori psikodinamika, gangguan paranoid merupakan mekanisme pertahanan ego proyeksi, orang tersebut melihat orang lain mempunyai motif merusak dan negatif, bukan dirinya. Ada kecenderungan untuk membanggakan dirinya sendiri karena menganggap dirinya mampu berfikir secara rasional dan objektif, padahal sebenarnya tidak. Dalam situasi sosial, orang dengan kepribadian paranoid mungkin tampak sibuk dan efisisen, tetapi mereka seringkali menciptakan ketakutan dan konflik bagi orang lain. Dan berdasarkan teori kognitif-behavioral, orang dengan gangguan ini akan selalu dalam keadaan waspada, karena tidak mampu membedakan antara orang yang membahayakan dan yang tidak (Martaniah, 1999 : 74).
Kesulitan yang dihadapi oleh terapis pada gangguan ini adalah penderita tidak menyadari adanya gangguan dalam dirinya dan merasa tidak memerlukan bantuandari terapis. Kesulitan lain yang dihadapi terapis bahwa individu dengan gangguan paranoid sulit menerima terapis itu sendiri, kecurigaan dan tidak percaya membuat terapi sulit dilakukan. Hal-hal lain yang harus diperhatikan terapis adalah bagaimana terapis menjaga sikap, perilaku, dan pembicaraanya, individu dengan gangguan paranoid akan meninggalkan terapi bila ia curiga, tidak menyukai terapisnya. Terapis juga harus menjaga dirinya untuk tidak melucu didepan individu paranoid yang tidak memiliki sense of humor.
Terapi dilakukan dengan menangani klien secara individu artinya saat melakukan terapi klienya hanya satu. Terapis harus bias menciptakan lingkungan yang nyaman sehingga klien merasa nyaman dan tidak curiga kepada terapis. Kemudian terapis mulai meminta klien untuk menceritakan masa lalunya sehingga terapis memperoleh informasi mengenai gejala-gejala yang dihadapi klien sekarang. Dengan mengetahui pengalaman masa lalu klien kemudian terapis memberikan tritmen-tritmen untuk menyadari klien bahwa dia memiliki gangguan kepribadian. Setelah klien menyadari gangguanya maka tujuan terapi selanjutnya adalah bagaimana menyembuhkan klien dari gangguan tersebut dan berdasarkan pendekatan psikodinamika ini dilakukan dengan cara mengenali masa lalu klien yang menyebabkan konflik dan kecemasan yang dapat berdampak dalam kehidupan sekarang.
b. Pendekatan Kognitif-Behavioral
Skinner berpendapat bahwa perilaku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama dengan perkembangan tingkah laku normal. Karena itu menurutnya tingkah laku abnormal dapat diganti dengan tingkah laku normal dengan cara sederhana, yakni dengan memanipulasi lingkungan. Menurutnya kesalahan memahami stimulus (failure in discriminating stimulus) menjadi pemicu pada penderita skizoprenik dan gangguan psikotik lainya,yakni orang yang gagal memilah tanda-tanda yang ada pada stimulus, sehingga stimulus yang benar dihubungkan dengan hukuman dan yang salah dihubungkan dengan reinforcement. Akibatnya akan terjadi pembentukan tingkah laku yang tidak dikehendaki.
Terapis perilaku memandang tugas mereka adalah untuk mengubah perilaku klien dan bukan mengubah struktur kepribadian mereka. Banyak teoritikus behavioral yang sama sekali tidak berfikir dalam kerangka “kepribadian” klien, namun lebih dalam kerangka perilaku maladaptive yang dipelajari dan dipertahankan oleh kemungkinan adanya reinforcement. Maka dari itu, terapis perilaku berfokus pada usaha untuk merubah perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif melalui penggunaan tekhnik seperti pemusnahan, modeling, dan reinforcement.
Terapi yang digunakan adalah Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum CBT membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. Terapi kelompok dalam CBT, individu akan dilatih agar mampu menyesuaikan dirinya dengan orang lain, saling menghargai dan mengenal cara berpikir orang lain secara positif dan mengontrol amarahnya sehingga individu dapat menciptakan hubungan interpersonal yang baik.
Dalam kaitanya dengan kognitif, CBT ini bertujuan untuk memperbaiki distorsi kognitif yang mendasari kecendrungan curiga kepada orang lain dan kecendrungan memandang diri sendiri selalu benar. Tekhnik behavioral digunakan untuk membantu klien mengembangkan keterampilan social yang lebih efektif dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah, yang bias membantu memperbaiki hubungan mereka dengan orang lain dan juga kemampuan untuk mengatasi peristiwa negative.
Terapi dilakukan dengan menghilangkan atau memusnahkan perilaku abnormal dengan menggunakan modeling, jadi klien diberikan stimulus berupa model baik menggunakan system modeling simbolik maupun modeling kondisionign. Setiap perilaku model yang diangap oleh terapis mampu mengubah perilaku klien dan berdampak positif bagi klien maka terapis akan memberikan penguat (reinforcement) dan hal ini diulang terus menerus dan dimanipulasi sedemikian rupa sehingga mampu menghilangkan perilaku lama dari klien.
c. Pendekatan Biologis
Terapi obat tidak secara langsung menangani gangguan kepribadian meski demikian, obat anti depresan atau anti kecemasan kadang digunakan untuk mengangani distress emosional yang dialami individu penderita gangguan kepribadian. Obat tidak mengubah pola persisten dari perilaku maladaptive yang dapat menyebabkan distres. Meski demikian, sebuah penelitian mengindikasikan bahwa anti depresian Prozac dapat mengurangi perilaku agresif dan iritabilitas dalam diri individu dengan gangguan kepribadian, yang infulsif dan agresif (Coccaro dan kavousssi, 1997).
Sama halnya dengan gangguan kepribadian lainnya, tidak ada obat medis yang dapat menyembuhkan secara langsung PPD. Penggunaan obat-obatan diberikan bila individu mengalami kecemasan berupa diazepam (dengan batasan waktu tetentu saja), penggunaan thioridazine dan haloperidol (anti psikotik) diberikan bila individu PPD untuk mengurangi Agitasi dan delusi pada pasien.
Pendekatan psikodinamik sering digunakan untuk menolong orang yang didiagnosa dengan gangguan kepribadian agar menjadi lebih sadar akan akar-akar dari pola perilaku self-defeating mereka dan belajar cara yang lebih adaptif berhubungan dengan orang lain.
Menurut teori psikodinamika, gangguan paranoid merupakan mekanisme pertahanan ego proyeksi, orang tersebut melihat orang lain mempunyai motif merusak dan negatif, bukan dirinya. Ada kecenderungan untuk membanggakan dirinya sendiri karena menganggap dirinya mampu berfikir secara rasional dan objektif, padahal sebenarnya tidak. Dalam situasi sosial, orang dengan kepribadian paranoid mungkin tampak sibuk dan efisisen, tetapi mereka seringkali menciptakan ketakutan dan konflik bagi orang lain. Dan berdasarkan teori kognitif-behavioral, orang dengan gangguan ini akan selalu dalam keadaan waspada, karena tidak mampu membedakan antara orang yang membahayakan dan yang tidak (Martaniah, 1999 : 74).
Kesulitan yang dihadapi oleh terapis pada gangguan ini adalah penderita tidak menyadari adanya gangguan dalam dirinya dan merasa tidak memerlukan bantuandari terapis. Kesulitan lain yang dihadapi terapis bahwa individu dengan gangguan paranoid sulit menerima terapis itu sendiri, kecurigaan dan tidak percaya membuat terapi sulit dilakukan. Hal-hal lain yang harus diperhatikan terapis adalah bagaimana terapis menjaga sikap, perilaku, dan pembicaraanya, individu dengan gangguan paranoid akan meninggalkan terapi bila ia curiga, tidak menyukai terapisnya. Terapis juga harus menjaga dirinya untuk tidak melucu didepan individu paranoid yang tidak memiliki sense of humor.
Terapi dilakukan dengan menangani klien secara individu artinya saat melakukan terapi klienya hanya satu. Terapis harus bias menciptakan lingkungan yang nyaman sehingga klien merasa nyaman dan tidak curiga kepada terapis. Kemudian terapis mulai meminta klien untuk menceritakan masa lalunya sehingga terapis memperoleh informasi mengenai gejala-gejala yang dihadapi klien sekarang. Dengan mengetahui pengalaman masa lalu klien kemudian terapis memberikan tritmen-tritmen untuk menyadari klien bahwa dia memiliki gangguan kepribadian. Setelah klien menyadari gangguanya maka tujuan terapi selanjutnya adalah bagaimana menyembuhkan klien dari gangguan tersebut dan berdasarkan pendekatan psikodinamika ini dilakukan dengan cara mengenali masa lalu klien yang menyebabkan konflik dan kecemasan yang dapat berdampak dalam kehidupan sekarang.
b. Pendekatan Kognitif-Behavioral
Skinner berpendapat bahwa perilaku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama dengan perkembangan tingkah laku normal. Karena itu menurutnya tingkah laku abnormal dapat diganti dengan tingkah laku normal dengan cara sederhana, yakni dengan memanipulasi lingkungan. Menurutnya kesalahan memahami stimulus (failure in discriminating stimulus) menjadi pemicu pada penderita skizoprenik dan gangguan psikotik lainya,yakni orang yang gagal memilah tanda-tanda yang ada pada stimulus, sehingga stimulus yang benar dihubungkan dengan hukuman dan yang salah dihubungkan dengan reinforcement. Akibatnya akan terjadi pembentukan tingkah laku yang tidak dikehendaki.
Terapis perilaku memandang tugas mereka adalah untuk mengubah perilaku klien dan bukan mengubah struktur kepribadian mereka. Banyak teoritikus behavioral yang sama sekali tidak berfikir dalam kerangka “kepribadian” klien, namun lebih dalam kerangka perilaku maladaptive yang dipelajari dan dipertahankan oleh kemungkinan adanya reinforcement. Maka dari itu, terapis perilaku berfokus pada usaha untuk merubah perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif melalui penggunaan tekhnik seperti pemusnahan, modeling, dan reinforcement.
Terapi yang digunakan adalah Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum CBT membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. Terapi kelompok dalam CBT, individu akan dilatih agar mampu menyesuaikan dirinya dengan orang lain, saling menghargai dan mengenal cara berpikir orang lain secara positif dan mengontrol amarahnya sehingga individu dapat menciptakan hubungan interpersonal yang baik.
Dalam kaitanya dengan kognitif, CBT ini bertujuan untuk memperbaiki distorsi kognitif yang mendasari kecendrungan curiga kepada orang lain dan kecendrungan memandang diri sendiri selalu benar. Tekhnik behavioral digunakan untuk membantu klien mengembangkan keterampilan social yang lebih efektif dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah, yang bias membantu memperbaiki hubungan mereka dengan orang lain dan juga kemampuan untuk mengatasi peristiwa negative.
Terapi dilakukan dengan menghilangkan atau memusnahkan perilaku abnormal dengan menggunakan modeling, jadi klien diberikan stimulus berupa model baik menggunakan system modeling simbolik maupun modeling kondisionign. Setiap perilaku model yang diangap oleh terapis mampu mengubah perilaku klien dan berdampak positif bagi klien maka terapis akan memberikan penguat (reinforcement) dan hal ini diulang terus menerus dan dimanipulasi sedemikian rupa sehingga mampu menghilangkan perilaku lama dari klien.
c. Pendekatan Biologis
Terapi obat tidak secara langsung menangani gangguan kepribadian meski demikian, obat anti depresan atau anti kecemasan kadang digunakan untuk mengangani distress emosional yang dialami individu penderita gangguan kepribadian. Obat tidak mengubah pola persisten dari perilaku maladaptive yang dapat menyebabkan distres. Meski demikian, sebuah penelitian mengindikasikan bahwa anti depresian Prozac dapat mengurangi perilaku agresif dan iritabilitas dalam diri individu dengan gangguan kepribadian, yang infulsif dan agresif (Coccaro dan kavousssi, 1997).
Sama halnya dengan gangguan kepribadian lainnya, tidak ada obat medis yang dapat menyembuhkan secara langsung PPD. Penggunaan obat-obatan diberikan bila individu mengalami kecemasan berupa diazepam (dengan batasan waktu tetentu saja), penggunaan thioridazine dan haloperidol (anti psikotik) diberikan bila individu PPD untuk mengurangi Agitasi dan delusi pada pasien.
0 komentar:
Posting Komentar